Senin, 08 Agustus 2011

LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA



A.    Pengertian.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh Villi Korialisnya mengalami perubahan hidrofik. ( Mansjoer, Arif, dkk, 1999: 265 ).
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot khorion tumbuh berganda merupakan gelembung-gelembung kecil mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh Villi Korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola Parsialis atau Partial Mole. ( Wiknjosastro, Hanita, dkk, 1999; 342 )
Mola hidatidosa adalah poliferasi dan degenerasi dari Villi trofoblas. Sel-sel tersebut berdegenerasi dan telah berisi dengan cairan, gelembung-gelembung tersebut berukuran seperti buah anggur. Pada kondisi ini embrio tidak berkembang, mola dapat diidentifikasikan menjadi Choriocarsinoma, jika berkembang dengan cepat dan menjadi ganas. ( Mochtar, Rustam, 1998;238 ).

B.     Etiologi.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkannya adalah :
  1. Faktor ovum.
  2. Imunoselektif dari trofoblas.
  3. Keadaan sosio – ekonomi rendah.
  4. Varitas tinggi.
  5. Kekurangan protein.
  6. Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas.
Faktor predisposisi yaitu kehamilan mola sangat dipengaruhi oleh umur dan juga oleh status sosial ekonomi. Biasanya sering dijumpai lebih sering pada umur reproduktif ( 15 – 45 th ), dan multi para. Jadi dengan meningkatnya varitas kemungkinan menderita mola akan lebih besar, dan kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 45 tahun, kehamilan mola 10x > dibandingkan dengan gravida antara 20 – 40 tahun.

C.     Patofisiologi.

Proliferasi Trofoblas

Degenerasi hidrofik dari stroma villi

Tidak ditemukan sirkulasi fetal/ perkembangannya tidak sempurna

                              Edema ( cairan tidak dapat diserap )              HCG meningkat

Pembengkakan hidrofik

Blighted ovum

Mola Hidatidosa
Gelembung-gelembung mola seperti buah anggur, kistik, berdinding
Tipis dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih.
Ket: Pada pemeriksaan serum HCG, kadarnya sangat tinggi.




D.    Tanda Dan Gejala.
Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus. Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
Pada kasus lain, tumor tumbuh tanpa gejala. Pada saat ini, pemeriksaan akan menunjukan gambaran :
1.      Uterus biasanya lebih besar daripada yang diharapkan dari usia kehamilannya dan perabaan terasa seperti “adonan”.
2.      Bunyi jantung janin tidak terdengar.
3.      Scanning ultrasonik menunjukan gambaran berbintik-bintik yang jelas.
4.      Jika diukur serum HCG, kadarnya sangat tinggi.

E.     Pemeriksaan Penunjang.
  1. Pemeriksaan sonde uterus ( Hanifa ). Pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uteri pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.
  2. Tes Acosia Sison dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.
  3. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urine. Maka uji biologik dan uji imunologik ( Galli mainina dan Planotest ) akan positif setelah pengenceran (fitrasi)>
  4. Ultrasonografi menunjukan gambaran badai salju ( Snow Flarepattern ).
  5. Foto thorax ada gambaran emboli udara.
  6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala Tirotoksikosis.



F.      Penatalaksanaan Medis.
  1. Terapi.
a)      Kalau pendarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah: barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.
b)      Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil.
1)      Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam.
2)      Setelah itu pasang infus D5% yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin atau sintosinon ), cabut laminaria, kemudian setelah ini lakukan evaluasi isi kavum uteri dengan hati-hati, pada kuretase pertama ini, keluarkan jaringan sebanyak mungkin, tak usah terlalu bersih.
3)      Kalau perdarahan banya, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.
c)      Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan Histopatologik dalam 2 porsi :
1)      Porsi 1 : Yang dikeluarkan dengan canam ovum.
2)      Porsi 2 : Yang dikeluarkan dengan kuretase.
d)     Berikan obat-obatan: Antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan umum penderita.
e)      7 – 10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan dikirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan laboratorium.
f)       Kalau mola terlalu terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada beberapa institusi yang melakukan Histerotomia untuk mengeluarkan isi rahim (mola).
g)      Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (High Risk Mola), usia lebih dari 3 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.
  1. Periksa Ulang ( Follow – Up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi, juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 – 3 bulan.
a)      Setiap minggu pada triwulan pertama.
b)      Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c)      Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya.
d)     Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap periksa ulang penting diperhatikan :
a)      Gejala kinis; pendarahan, keadaan umum dll.
b)      Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo: tentang keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista uteri bertambah kecil atau tidak dll.
        1 kali seminggu sampai hasil negatif.
        1 kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya.
        1 kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya.
        1 kali 3 bulan dalam tahun berikutnya.

Kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan masih dapat timbul setelah tiga tahun pasca terkenanya Mola hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, 62,1 % dalam 12 minggu, dan 79,4 % dalam 24 minggu, serta 97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar.

  1. Sitostatika Profilaksis Pada Mola Hidatidosa.
Beberapa institut telah memberikan Methotrexate (Mtx) pada penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju dengan pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek samping dan penyulit yang berat.
Pemberian Mtx bila :
a)      Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.
b)      Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap positif.
c)      Pada high risk mola.

Setelah pulang dari Rumah Sakit, pemeriksaan tindak lanjut yang sering (mula-mula seminggu sekali) sangat penting. Pemeriksaan ini berlanjut selama 2 tahun dan frekuensinya tergantung hasil pemeriksaan pada setiap kunjungan. Kepada pasangan suami istri harus diingatkan agar tidak hamil dalam periode waktu ini, dan anjuran atau rujukan keluarga biasany diperlukan.

G.    Diagnosa Keperawatan.
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1)      Pantau TTV. ( TD, N, R, T )
2)      Observasi terhadap kehilangan darah yang berlebihan.
3)      Catat intake dan output.
4)      Ukur suhu setiap 4 jam sesuai indikasi.
5)      Kaji turgor kulit, kekeringan kulit dan mukosa mulut.
Kolaborasi :
6)      Beri obat Homeostatikum sesuai dengan program dokter.
7)      Pantau Hb dan Ht.



  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1)      Kaji penyebab perubahan nutrisi.
2)      Kaji status nutrisi klien.
3)      Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4)      Anjurkan klien untuk melakukan oral hygiene.
Kolaborasi :
5)      Beri vitamin sesuai program medis.

  1. Nyeri berhubungan dengan uterus sekunder terhadap pengeluaran maternal menyerupai buah anggur.
Intervensi :
1)      Kaji penyebab, frekuensi, durasi, karakteristik, lokasi dan skala nyeri.
2)      Kaji TTV.
3)      Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
4)      Atur posisi senyaman mungkin.
Kolaborasi :
5)      Beri analgetik sesuai program medis.

  1. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan penanganan berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi :
1)      Tentukan persepsi klien tentang Mola hidatidosa dan penanganannya.
2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang Mola hidatidosa, penyebab, tanda dan gejala dan penanganannya.
3)      Berikan materi tertulis tentang Mola hidatidosa.
4)      Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah misalnya kemampuan untuk hidup sendiri, melakukan pengobatan atau prosedur yang dilakukan.
5)      Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan serta latihan teratur.

  1. Resiko tinggi gangguan harga diri rendah berhubungan dengan komplikasi dari Mola hidatidosa.
Intervensi :
1)      Diskusikan dengan klien atau orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi di rumah dan aktivitas kejanya.
2)      Bantu klien untuk terus melupakan atas kehilangan kehamilannya (janinnya).
3)      Beri dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
4)      Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan kontak mata.

    Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermik, Perry, 1999. Maternity Nursing, Fifth Edition. New York: J.B. Lippincott Company.
Doengoes, Marylin, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3. Jakarta: EGC.
Farrer, Helen, 1999. Perawatan Maternitas, Edisi Ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Himawan, Sutisna, 1973. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik. FKUI.
Liewllyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi Ke-6 Jakarta: Hipokrates.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi Ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
Wikajosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar