Senin, 08 Agustus 2011

LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS NORMAL



1.      Pengertian.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri dan Ginekologi, FK UnPad, Bandung).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kapita Selekta Kedokteran, FKUI, Jilid 1).

2.      Macam-Macam Persalinan.
1)      Persalinan Spontan.
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2)      Persalinan Anjuran.
Bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidak demikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan, kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian oxytosin, atau prostaglandin.
Berdasarkan umur kehamilan:
1)      Persalinan Imatur.
Persalinan saat kehamilan berumur 20-28 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram.
2)      Persalinan prematur.
Persalinan saat kehamilan berumur 28-36 minggu dengan berat janin antara 1000-2500 gram.

3.      Pembagian Persalinan.
        Proses persalinan dibagi atas:
1)      Kala I / kala pembukaan.
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan lengkap.
2)      Kala II / kala pengeluaran.
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
3)      Kala III / kala uri.
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta.
4)      Kala IV / kala pengawasan.
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

4.      Tenaga Yang Mendorong Anak Keluar.
1)      His.
Kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
2)      Tenaga Mengedan.
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat.

5.      Perubahan-Perubahan Pada Uterus Dan Jalan Lahir Dalam Persalinan.
1)      Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan.
2)      Perubahan bentuk rahim.
3)      Pendataran pada serviks.
4)      Perubahan pada serviks.
5)      Pembukaan dari serviks.
6)      Perubahan pada vagina.

6.      Gerakan-Gerakan Anak Pada Persalinan.
1)      Turunkan kepala.
2)      Fleksi.
3)      Putaran faksi dalam.
Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian memutar ke depan dan simpysis.
4)      Ekstensi.
5)      Putaran faksi luar; putaran balasan.
6)      Aspuisi.
7)      Mekanisme pada polsio occipito posterior.

7.      Jalannya Persalinan Secara Klinis.
1)      Tanda-tanda persalinan sudah dekat.
2)      Tanda-tanda persalinan.
3)      Kala I.
4)      Kala II.
5)      Kala III.
6)      Kala IV.
7)      Lamanya persalinan.
8)      Hal-hal yang mempengaruhi jalannya persalinan secara umum.
9)      Faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi prognosa kehamilan.

8.      Pimpinan Persalinan Norma.
1)      Kala I.
        Lakukan pemeriksaan (meliputi kondisi ibu, pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam).
        Beri ibu dukungan moril.
        Jaga kebersihan.
        Kurangi kecemasan dan ketakutan ibu.
        Atur posisi ibu.
        Jaga kandung kemih agar tetap kosong.
        Beri nutrisi.
        Lakukan pemantauan kemajuan persalinan.
2)      Kala II.
        Kapan memimpin mengedan (adanya tanda dan gejala kala II).
        Yang harus diperhatikan saat mengedan (dukungan pada ibu, posisi, cara bernafas/saat mengedan).
        Batas waktu maksimal mengedan (primi 120 menit, multi 60 menit).
        Lahirnya anak.
3)      Kala III.
        Manajemen waktu kala III (oksitosin, peregangan tali pusat terkendali, mengeluarkan plasenta dan masage uterus).
        Memeriksa kemungkinan adanya pendarahan pasca salin.
4)      Kala IV.
        Tindakan pasca salin (tali pusat, evaluasi, menjahit robeknya perineum, dan pemeriksaan bayi).
        Tindakan bersih dan aman.

9.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1)      Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d adanya luka episiotomi.
Intervensi:
        Monitor tanda-tanda vital.
        Beri posisi yang nyaman.
        Ajarkan klien tehnik relaksasi.
        Beri analgetik SOD.
2)      Potensial infeksi b.d adanya luka episiotomi.
Intervensi:
        Kaji tanda-tanda infeksi.
        Lakukan tindakan dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
3)      Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d adanya kontraksi uterus.
Intervensi:
        Anjurkan pasien untuk miring kiri.
        Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam.
        Lakukan masage.

10.  Daftar Pustaka.
Obstetri dan Ginekologi, FK UNPAD, Bandung.
Mansjoer Arief dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI.
Musphiyanti. Bahan Kuliah Maternitas. 2003.

KONSEP NIFAS FISIOLOGIS

1.      Pengertian Nifas ( Puerperalis )
Adalah masa pemulihan alat/organ reproduksi setelah melahirkan sampai batas waktu dan minggu (40 hari )         masa nifas          puerperium.

2.      Periode Nifas.
1)      Immediate Puerperium.
2 jam post partum sampai dengan 24 jam (1 hari).
2)      Early Puerperium.
1-7 hari (1 minggu).
3)      laten Puerperium.
1 sampai dengan 6 minggu.

3.      Perubahan Fisik (Fisiologis Nifas)
1)      Sistem Vaskuler.
Setelah melahirkan terjadi hemokonsentrasi secara fisiologis.
2)      Sistem Urinaria.
Proses persalinan dapat menimbulkan edema dan obstruksi urine sehingga terjadi retensi urine. 6 jam post partum ibu harus sudah miksi.
3)      Sistem Gastrointestinal.
Dalam proses persalinan terjadi:
        Tekanan pada kolon / rektum.
        Dehidrasi.
        Haemorroid.
        Laserasi jalan lahir.
Mengakibatkan konstipasi:
        Maksimal 2 – 3 hari ibu harus sudah defekasi.
4)      Otot-Otot Abdomen.
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar dan kendor. Proses pemulihan berlangsung sampai 6 minggu. Dianjurkan senam nifas setelah hari ke 14.
4.      Perubahan Pada Sistem Reproduksi.
1)      Involusio Uterus.
Kontraksi uterus menyebabkan  penurunan berat badan dan penurunan tinggi fundus uteri.
Berat uterus :
        Post partum                 :    1000 gram.
        1 minggu                     :    +           500 gram.
        2 minggu                     :    + 350 gram.
        6 minggu                     :    + 50 gram.
2)      Penurunan Fundus Uteri.
        Hari 1                          :    2 – 3 cm dibawah pusat.
        Hari 3 – 4                    :    2 jari dibawah pusat.
        Hari 5 – 7                    :    ½ pusat simpysis.
        Hari > 10                     :    TFU tidak teraba.
Teori lain menyebabkan penurunan TFU + 1 cm tiap hari.
3)      Penyembuhan Tempat Perlengketan Placenta.
        Setelah 2 minggu         :    + 3 – 4 cm.
        Akhir masa nifas         :    + 1 – 2 cm.
4)      Penyembuhan Servik Dan Vagina.
        Ostium uteri tertutup dalam beberapa hari setelah persalinan tetapi permukaan menjadi 3 br (+ 2 jari) akhir minggu pertama: + 1 jari dan berangsur-angsur menutup.
        Penyembuhan vagina juga terjadi secara berangsur. Perawatan laserasi jalan lahir.
5)      Pengeluaran Lochea.
Cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina:
        Sifatnya alkalis.
        Baunya anyir.
Lochea berasal dari:
        Darah bekas perlengketan plasenta.
        Sisa selaput cairan.
        Cairan amnion, vernix caseosa, lanugo, mekonium.
Jenis lochea:
a)      Lochea rubia / cruenta.
        Merah.
        Hari 1 – 2 post partum.
b)      Lochea sangoelenta.
        Kecoklatan.
        Hari 3 – 7 post partum.
c)      Lochea serosa.
        Kuning dan cair.
        Hari 7 – 10 post partum.
d)     Lochea alba.
        Putih (selaput lendir).
        Hari 10 – 14 post partum.

5.      Perubahan Dan Adaptasi Bio, Psiko, Sosial.
Setelah persalinan ibu menunjukan gejala-gejala depresi ringan – berat yaitu disebabkan:
        Proses persalinan yang dilaui.
        Harus merawat bayi.                           Mengakibatkan emosi yang labil.
        Perubahan status sosial.
Dalam masa nifas ibu memerlukan:
        Pendekatan psikologis.
        Pendekatan spiritual.
        Bimbingan sosial.
        Latihan dan bimbingan perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir.

6.      Daftar Pustaka.
Obstetri dan Ginekologi. FK UnPad. Bandung.
Musphiyanti. Bahan Kuliah Maternitas 2003.

LAPORAN PENDAHULUAN MOLA HIDATIDOSA



A.    Pengertian.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh Villi Korialisnya mengalami perubahan hidrofik. ( Mansjoer, Arif, dkk, 1999: 265 ).
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot khorion tumbuh berganda merupakan gelembung-gelembung kecil mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh Villi Korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin disebut Mola Parsialis atau Partial Mole. ( Wiknjosastro, Hanita, dkk, 1999; 342 )
Mola hidatidosa adalah poliferasi dan degenerasi dari Villi trofoblas. Sel-sel tersebut berdegenerasi dan telah berisi dengan cairan, gelembung-gelembung tersebut berukuran seperti buah anggur. Pada kondisi ini embrio tidak berkembang, mola dapat diidentifikasikan menjadi Choriocarsinoma, jika berkembang dengan cepat dan menjadi ganas. ( Mochtar, Rustam, 1998;238 ).

B.     Etiologi.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkannya adalah :
  1. Faktor ovum.
  2. Imunoselektif dari trofoblas.
  3. Keadaan sosio – ekonomi rendah.
  4. Varitas tinggi.
  5. Kekurangan protein.
  6. Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas.
Faktor predisposisi yaitu kehamilan mola sangat dipengaruhi oleh umur dan juga oleh status sosial ekonomi. Biasanya sering dijumpai lebih sering pada umur reproduktif ( 15 – 45 th ), dan multi para. Jadi dengan meningkatnya varitas kemungkinan menderita mola akan lebih besar, dan kalau terjadi kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 45 tahun, kehamilan mola 10x > dibandingkan dengan gravida antara 20 – 40 tahun.

C.     Patofisiologi.

Proliferasi Trofoblas

Degenerasi hidrofik dari stroma villi

Tidak ditemukan sirkulasi fetal/ perkembangannya tidak sempurna

                              Edema ( cairan tidak dapat diserap )              HCG meningkat

Pembengkakan hidrofik

Blighted ovum

Mola Hidatidosa
Gelembung-gelembung mola seperti buah anggur, kistik, berdinding
Tipis dan mudah pecah dengan keluarnya cairan jernih.
Ket: Pada pemeriksaan serum HCG, kadarnya sangat tinggi.




D.    Tanda Dan Gejala.
Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus. Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita mempunyai uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
Pada kasus lain, tumor tumbuh tanpa gejala. Pada saat ini, pemeriksaan akan menunjukan gambaran :
1.      Uterus biasanya lebih besar daripada yang diharapkan dari usia kehamilannya dan perabaan terasa seperti “adonan”.
2.      Bunyi jantung janin tidak terdengar.
3.      Scanning ultrasonik menunjukan gambaran berbintik-bintik yang jelas.
4.      Jika diukur serum HCG, kadarnya sangat tinggi.

E.     Pemeriksaan Penunjang.
  1. Pemeriksaan sonde uterus ( Hanifa ). Pada mola sonde mudah masuk ke dalam cavum uteri pada kehamilan biasa ada tahanan oleh janin.
  2. Tes Acosia Sison dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.
  3. Peningkatan kadar beta HCG darah atau urine. Maka uji biologik dan uji imunologik ( Galli mainina dan Planotest ) akan positif setelah pengenceran (fitrasi)>
  4. Ultrasonografi menunjukan gambaran badai salju ( Snow Flarepattern ).
  5. Foto thorax ada gambaran emboli udara.
  6. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala Tirotoksikosis.



F.      Penatalaksanaan Medis.
  1. Terapi.
a)      Kalau pendarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan tranfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah: barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.
b)      Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil.
1)      Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam.
2)      Setelah itu pasang infus D5% yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin atau sintosinon ), cabut laminaria, kemudian setelah ini lakukan evaluasi isi kavum uteri dengan hati-hati, pada kuretase pertama ini, keluarkan jaringan sebanyak mungkin, tak usah terlalu bersih.
3)      Kalau perdarahan banya, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero vaginal selama 24 jam.
c)      Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan Histopatologik dalam 2 porsi :
1)      Porsi 1 : Yang dikeluarkan dengan canam ovum.
2)      Porsi 2 : Yang dikeluarkan dengan kuretase.
d)     Berikan obat-obatan: Antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan umum penderita.
e)      7 – 10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan dikirim lagi hasilnya untuk pemeriksaan laboratorium.
f)       Kalau mola terlalu terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan, ada beberapa institusi yang melakukan Histerotomia untuk mengeluarkan isi rahim (mola).
g)      Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (High Risk Mola), usia lebih dari 3 tahun, paritas 4 atau lebih dan uterus yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.
  1. Periksa Ulang ( Follow – Up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi, juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2 – 3 bulan.
a)      Setiap minggu pada triwulan pertama.
b)      Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c)      Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya.
d)     Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap periksa ulang penting diperhatikan :
a)      Gejala kinis; pendarahan, keadaan umum dll.
b)      Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan inspekulo: tentang keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista uteri bertambah kecil atau tidak dll.
        1 kali seminggu sampai hasil negatif.
        1 kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya.
        1 kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya.
        1 kali 3 bulan dalam tahun berikutnya.

Kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan-keganasan masih dapat timbul setelah tiga tahun pasca terkenanya Mola hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, 62,1 % dalam 12 minggu, dan 79,4 % dalam 24 minggu, serta 97,2 % dalam 1 tahun setelah mola keluar.

  1. Sitostatika Profilaksis Pada Mola Hidatidosa.
Beberapa institut telah memberikan Methotrexate (Mtx) pada penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para ahli lain tidak setuju dengan pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu mencegah keganasan dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek samping dan penyulit yang berat.
Pemberian Mtx bila :
a)      Pengamatan lanjutan sukar dilakukan.
b)      Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap positif.
c)      Pada high risk mola.

Setelah pulang dari Rumah Sakit, pemeriksaan tindak lanjut yang sering (mula-mula seminggu sekali) sangat penting. Pemeriksaan ini berlanjut selama 2 tahun dan frekuensinya tergantung hasil pemeriksaan pada setiap kunjungan. Kepada pasangan suami istri harus diingatkan agar tidak hamil dalam periode waktu ini, dan anjuran atau rujukan keluarga biasany diperlukan.

G.    Diagnosa Keperawatan.
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1)      Pantau TTV. ( TD, N, R, T )
2)      Observasi terhadap kehilangan darah yang berlebihan.
3)      Catat intake dan output.
4)      Ukur suhu setiap 4 jam sesuai indikasi.
5)      Kaji turgor kulit, kekeringan kulit dan mukosa mulut.
Kolaborasi :
6)      Beri obat Homeostatikum sesuai dengan program dokter.
7)      Pantau Hb dan Ht.



  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, mual dan muntah yang berlebihan.
Intervensi :
1)      Kaji penyebab perubahan nutrisi.
2)      Kaji status nutrisi klien.
3)      Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit tapi sering.
4)      Anjurkan klien untuk melakukan oral hygiene.
Kolaborasi :
5)      Beri vitamin sesuai program medis.

  1. Nyeri berhubungan dengan uterus sekunder terhadap pengeluaran maternal menyerupai buah anggur.
Intervensi :
1)      Kaji penyebab, frekuensi, durasi, karakteristik, lokasi dan skala nyeri.
2)      Kaji TTV.
3)      Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
4)      Atur posisi senyaman mungkin.
Kolaborasi :
5)      Beri analgetik sesuai program medis.

  1. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan penanganan berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi :
1)      Tentukan persepsi klien tentang Mola hidatidosa dan penanganannya.
2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat tentang Mola hidatidosa, penyebab, tanda dan gejala dan penanganannya.
3)      Berikan materi tertulis tentang Mola hidatidosa.
4)      Beri tahu kebutuhan perawatan khusus di rumah misalnya kemampuan untuk hidup sendiri, melakukan pengobatan atau prosedur yang dilakukan.
5)      Anjurkan klien meningkatkan masukan cairan serta latihan teratur.

  1. Resiko tinggi gangguan harga diri rendah berhubungan dengan komplikasi dari Mola hidatidosa.
Intervensi :
1)      Diskusikan dengan klien atau orang terdekat bagaimana diagnosis dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi di rumah dan aktivitas kejanya.
2)      Bantu klien untuk terus melupakan atas kehilangan kehamilannya (janinnya).
3)      Beri dukungan emosi untuk klien atau orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
4)      Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima klien dan pertahankan kontak mata.

    Daftar Pustaka

Bobak, Lowdermik, Perry, 1999. Maternity Nursing, Fifth Edition. New York: J.B. Lippincott Company.
Doengoes, Marylin, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi Ke-3. Jakarta: EGC.
Farrer, Helen, 1999. Perawatan Maternitas, Edisi Ke-2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Himawan, Sutisna, 1973. Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomik. FKUI.
Liewllyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi Ke-6 Jakarta: Hipokrates.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi Ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
Wikajosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.